Minggu, 03 Maret 2013

Garuda Wisnu Kencana Bali


Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (bahasa inggris : Garuda Wisnu Kencana Cultural Park), di singkat GWK, adalah sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter.
Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut. 
Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza dimana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapat reputasi yang baik sebagai tempat sempurna unruk mengadakan acara besar dan internasional.
Terdapat juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu. Ini merupakan salah satu langkah lebih dekat untuk menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana lengkap. Karya ini ditempatkan sementara di daerah Tirta Agung.
Tempat Rekreasi di GWK :
Wisnu Plaza 
Wisnu Plaza adalah tanah tertinggi di daerah GWK dimana tempat kita sementara merupakan bagian paling penting dari patung Garuda Wisnu Kencana patung Wisnu.
Pada waktu tertentu hari, akan ada beberapa kinerja tradisional Bali dengan megah patung Wisnu sebagai latar belakang. Karena lokasinya yang tinggi, Anda dapat melihat panorama sekitarnya. Patung Wisnu, sebagai titik pusat dari Wisnu Plaza, dikelilingi oleh air mancur dan air sumur di dekatnya suci yang katanya tidak pernah kering bahkan pada musim kemarau.
Parahyangan Somaka Giri ditempatkan di sebelah patung Wisnu. Ini tempar air berada, yang secara historis telah dipercaya oleh rakyat di daerah tersebut sebagai berkat dengan kekuatan magis yang kuat untuk menyembuhkan penyakitnya dan meminta para dewa hujan selama musim kemarau. Karena lokasinya di tanah tinggi (di atas bukit), fenomena alam ini dianggap oang suci dan lokal diyakini itu menjadi air suci.

Street Theater
Street Theater adalah titik awal dan akhir kunjungan ke Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana. Di sini kita dapat menemukan banyak toko dan restoran di satu tempat dan dimana semua perayaan terjadi.
Anda bisa mendapat souvenir Bali dan merchandise GWK khususnya di GWK Souvenir Shop dan Bali Art Market. Kita bahkan dapat menemukan spa Bali dan produk aromaterapi di toko ini. Sementara di sini, mengapa tidak mencoba pijat refleksi kaki Bali setelah berjalan-jalan. Kita bisa mencicipi makanan yang baik dengan harga terbaik hanya di pengadilan makanan kita, Makanan Teater, dan restoran terbaru kami, The Beranda dengan paket all you can eat.
Pada beberapa kalo sekali, kita dapat menikmati belanja dan makan sambil ditemani kinerja Bali khususnya seperti barong, rindik dan parade.

Lotus Pond
Lotus Pond adalah area outdoor terbesar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan Taman Budaya, kemungkinan besar, di Bali. Dengan demikian, Lotus Pond adalah tempat yang tepat dan hanya untuk mengadakan acara outdoor skala besar.
Selama bertahun-tahun, GWK telah dipercaya untuk skala besar diadakan, baik nasional maupun internasional, acara di Lotus Pond seperti konser musik, pertemuan internasional, partai besar. Lotus Pond adalah tempat yang unik dengan pilar batu kapur di sisi dan patung megah Garuda di latar belakang.
Lotus Pond berawal dari teratai. Teratai adalah simbol utama keindahan, kemakmuran, dan kesuburan. Wisnu juga selalu membawa bunga teratai di tangannya dan hampir semua dewa dari dewa Hindu yang duduk di teratai atau membawa bunga.
Beberapa fakta menarik adalah bahwa tanaman teratai tumbuh di air, memiliki akar dalam ilus atau lumpur, dan menyebarkan bunga di udara di atas. Dengan demikian, teratai melambangkan kehidupan manusia dan juga bahwa kosmos. 
Akar teratai tenggelam dalam lumpur merupakan kehidupan material. Tangkai melewatkan melalui air melambangkan eksistensi di dunia astral. Bunga mengambang di atas air dan membuka ke langit adalah emblematical spiritual sedang. 

Indraloka Garden
Taman ini diberi nama Indraloka setelah surga Dewa Indra karena pandang panorama uang indah. Indraloka Garden adalah salah satu tempat paling favorit di Garuda Wisnu Kencana untuk mengadakan pesta kecil menengah, pengumpulan dan upacara pernikahan. Kita bisa melihat pemandangan Bali dari atas Indraloka Garden.

Amphitheater
Amphitheater adalah tempat di luar ruangan untuk pertunjukan khusus dengan akustik yang dirancang dengan baik. Setiap sore Anda bisa menonton tari Kecak yang terkenal dan gratis yaitu sekitar pukul 18.30 s/d 19.30 WITA. Bahkan Tari Kecak ini dapat dikolaborasikan dengan tarian daerah lainnya.

Tirta Agung
Tirta Agung adalah ruang luar yang sempurna untuk acara menengah. Anda juga dapat mengunjungi patung Tangan Wisnu, bagian dari patung Garuda Wisnu Kencana yang terletak di dekatnya.


http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Wisnu_Kencana

Klepon


Klepon atau kelepon adalah sejenis makanan tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajan pasar. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan diatas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon nampak berbalur parutan kelapa. Biasanya klepon diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari daun pisang. 
Di Sumatra dan di Malaysia, klepon disebut onde-onde, sedangkan di Jawa dan bagian lain di Indonesia makanan yang disebut onde-onde adalah bebola tepung beras terisi adonan kacang hijau yang dibaluri biji wijen. Perbedaan penyebutan antara di Jawa dan Sumatra-Malaysia ini seringkali menjadi penyebab kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde. Klepon biasa dijajakan dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau tergantung selera. Untuk klepon dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun pandan.
Cara membuat klepon :
Bahan : 
  • 300 gram tepung ketan
  • 100 ml air daun suji
  • 1 sendok teh air kapur sirih
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1 liter air
  • 150 gram gula merah, sisir halus
  • 250 gram kelapa parut, kukus
  • 1/4 sendok teh garam
Cara membuat :
  1. Campur tepung ketan, air daun suji, air kapur sirih, dan garam. Aduk hingga kalis.
  2. Ambil 1 sendok teh adonan, isi dengan gula merah, bentuk bulat. Rebus dalam air mendidih hingga mengapung. Angkat.
  3. Gulingkan klepon di atas kelapa parut. Sajikan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Klepon
http://resep88.blogspot.com/2012/11/resep-klepon.html

Onde-onde


Onde-onde adalah sejenis kue jajanan pasar yang populer di Indonesia. Kue ini sangat terkenal di daerah Mojokerto yang disebut sebagai kota onde-onde sejak zaman Majapahit. Onde-onde dapat ditemukan di pasar tradisional maupun dijual di pedagang kaki lima. Onde-onde juga populer khususnya di daerah pecinan baik di Indonesia maupun luar negeri.
Onde-onde terbuat dari tepung terigu ataupun tepung ketan yang digoreng atau direbus dan permukaannya ditaburi/dibalur dengan biji wijen. Terdapat bermacam-macam variasi, yang paling dikenal adalah onde-onde yang terbuat dari tepung ketan dan di dalamnya diisi pasta kacang hijau. Variasi lain hanya dibuat dari tepung terigu dan diberi warna pada permukaannya seperti putih, merah, atau hijau yang dikenal sebagai onde-onde gandum, yang merupakan onde-onde khas dari kota Mojokerto.
Cara membuat Onde-onde :
Bahan :
  • Tepung ketan 500 gram
  • Tepung kanji 4 sendok makan
  • Kacang hujai 200 gram
  • Kelapa parut (agak muda) 100 gram
  • Wijen 100 gram
  • Gula merah 200 gram
  • Garam 3 sendok teh
  • Daun pandan 2 lembar
  • Air 400 ml
  • Air kapur sirih 2 sendok makan
  • Santan mendidih 400 ml
  • Minyak goreng secukupnya.
Cara membuat :
  1. Bahan isi disiapkan dengan cara kacang hijau direbus dengan 400 ml air sampai lunak.
  2. Gula merah, 1 sendok teh garam, daun pandan, dan kelapa parut dimasukkan.
  3. Semua bahan tersebut direbus sampai matang dan padat, kemudian diangkat dan didinginkan.
  4. Bahan isi yang padat tersebut dibentuk menjadi bola-bola kecil sebanyak 32 buah.
  5. Bahan kulit disiapkan dengan cara tepung ketan dan tepung kanji dicampur, ditambahkan air kapur sirih.
  6. Santan panas disiramkan sedikit demi sedikit dan diuleni sampai adonan terasa liat.
  7. Adonan dibagi menjadi 32 bagian yang dibulatkan.
  8. Satu bahan kulit dipipihkan, di dalamnya diisi dengan satu bahan isi, kemudian adonan dibulatkan kembali.
  9. Adonan onde-onde digulingkan ke dalam wijen hingga seluruh permukaannya tertutup oleh wijen.
  10. Adonan onde-onde berwijen digoreng dengan minyak suam-suam kuku.
  11. Onde-onde di goreng sampai berwarna kuning. Kemudian diangkat, ditiriskan, dan didinginkan. 
  12. Onde-onde siap disajikan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Onde-onde
http://hobimasak.info/resep-onde-onde/

Kamis, 28 Februari 2013

Tari Topeng


Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi bebagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.
Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Topeng

Tari Piring


Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatra Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.
Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapat hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur ke dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Piring

Tari Merak


Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri. 
Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti mahkota. Kehidupan merak yang selalu mengembang bulu ekornya agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari Merak ini.
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak, hijau biru dan atau hitam. Ditambah lagi sepasang di kepala setiap penarinya. Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul biasanya. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tidak heran kalau seniman Bali juga, diantaranya mahasiswa ASKI Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari merak.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Merak

Kue Nagasari


Nagasari adalah sejenis kue yang tebuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula yang diisi pisang. Kue ini biasanya dibalut dengan daun pisang lalu dikukus. Selain bahan yang tersebut diatas, nagasari juga sering dikukus dengan balutan daun pandan sehingga menimbulkan aroma yang khas Jepara.
Variasi kue nagasari :

  • Nagasari putih, dibuat tanpa campuran pewarna, hanya dengan santan.
  • Nagasari merah, dibuat dengan campuran gula merah sebagai pewarna.
  • Nagasari biru, dibuat dengan campuran bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai pewarna.
  • Nagasari hijau, dibuat dengan campuran daun suji (Pleomele angustifolia syn. Dracaena angustifolia) sebagai pewarna.
Cara membuat kue nagasari :
Bahan : 
  • 250 gram tepung beras
  • 100 gram tapioka
  • 250 gram gula pasir
  • 700 ml santan kental dari 1/2 butir kelapa
  • Daun pandan secukupnya
  • 5 buah pisang raja, kupas dan potong serong sesuai selera
  • Daun pisang secukupnya untuk membungkus.
Cara membuat :
  1. Masak santan, daun pandan, dan gula sampai gula meleleh.
  2. Larutkan tepung beras dengan sedikit air, kemudian masukkan ke dalam campuran santan dan masak diatas api kecil.
  3. Aduk terus sampai setengah matang, rata dan mengental. Angkat.
  4. Ambil selembar daun pisang, taruh beberapa sendok adonan. Kemudian letakkan potongan pisang di tengah-tengah adonan dan kemudian tutup lagi dengan adonan. 
  5. Bungkus rapi, kemudian rapikan bagian ujungnya dengan cara melipat.
  6. Lakukan sampai semua adonan habis.
  7. Kukus selama 45 menit. Jika sudah matang, angkat dari kukusan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nagasari
http://carapedia.com/kue_basah_nagasari_info336.html